Bom molotov membakar sebagian kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jalan KH Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat. Kejadian itu dilakukan orang tak dikenal pada pukul 03.00 WIB, Minggu (3/9).

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengonfirmasi kejadian tersebut.

"Benar, tadi pagi jam 3 kejadiannya," kata Argo seperti dilansir CNNIndonesia.com.

Saat ini polisi masih mencari pelaku yang diduga melempar bom molotov ke Kedubes Myanmar. Argo mengatakan, pihaknya belum mengetahui identitas dan jumlah pelaku yang melakukan aksi tersebut.

"Belum tertangkap, masih kami cari pelakunya. Belum tahu berapa orang, kami masih lakukan penyelidikan," kata Argo.

Dia menjelaskan kronologi kejadian pelemparan bom molotov di Kedubes Myanmar. Sekitar pukul 02.35 WIB Bripka Tafsiful sedang berpatroli di Jalan Yusuf Adi Winata, belakang Kedubes Myanmar. Dia melihat api di teras belakang lantai dua. Tafsiful kemudian memberitahukan kepada Bripka Rusdi yang tengah berjaga di depan Kedubes tersebut.

Selanjutnya Rusdi dan petugas Brimob Polda Metro Jaya Brigadir Budiyanto menuju ke sumber api di teras belakang lantai dua. Setelah api berhasil dipadamkan, petugas menemukan pecahan botol bir yang diberi sumbu. Atas kejadian tersebut, pihak Kedutaan Besar Myanmar melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Menteng.

"Tadi pagi tahu-tahu ada yang melempar di halaman belakang Kedubes Myanmar. Petugas yang berjaga kemudian lari ke sana untuk memadamkan," kata Argo.

Argo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan kejadian tersebut berhubungan dengan kekerasan yang dialami etnis Rohingya di Myanmar. Menurutnya, hal itu bisa dipastikan ketika polisi telah menangkap pelaku.

"Nanti akan kami cek itu, apa ada hubungannya atau tidak (dengan konflik Rohingya), karena belum tertangkap pelakunya," ujarnya.

Polisi menyatakan tak ada korban jiwa dalam kejadian pelemparan bom molotov di Kedubes Myanmar.

Sejak 1982, etnis Rohingya mengalami persekusi dan pengusiran berulang kali. Pada pekan ini, setidaknya 3.000 orang melarikan diri ke perbatasan Bangladesh karena kebrutalan yang dilakukan militer Myanmar.

Sementara jumlah korban dari etnis Rohingya mencapai kurang lebih 800 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.