Presiden Recep Tayyip Erdogan menyerukan masyarakat internasional untuk segera bertindak melawan kekejaman yang dilakukan terhadap komunitas Muslim Rohingya di Myanmar ketika jumlah orang yang terbunuh dalam 3 hari terakhir ini telah mencapai ribuan orang.
Berbicara didepan TV pemerintah TRT Haber, Erdogan mengatakan Turki akan mengangkat isu ini di organisasi internasional: “Kekerasan di Myanmar akan menjadi agenda utama kita di Majelis Umum PBB 9 September mendatang.”
Menlu Turki juga merilis pernyataan yang mengecam “penggunaan kekuatan yang tidak pantas” oleh pasukan keamanan Myanmar yang menyebabkan kematian ratusan Muslim Rohingya dan ribuan lainnya melarikan diri.
“Keprihatinan Turki disampaikan kepada otoritas Myanmar karena kita menekankan pentingnya menjamin keamanan warga sipil selama operasi keamanan dan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan ke wilayah tersebut tanpa adanya gangguan,” rilis pernyataan tersebut.
Sementara itu, Wakil PM Bekir Bozdaq mengatakan bahwa Turki mengecam keras pembantaian Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine Myanmar.
Dia mengatakan bahwa masalah di negara itu tidak dapat diselesaikan dengan kekerasan dan meminta PBB dan Dewan Keamanan untuk mengambil tanggung jawab menghentikan pembantaian di negara bagian Rakhine.
Juru bicara Rohingya Eropa Anita Schug mengatakan Senin bahwa antara 2000 hingga 3000 Muslim tewas di negara bagian Rakhine dan ribuan lainnya terluka dalam apa yang disebutnya sebagai “Genosida yang berlangsung perlahan”.
Dia juga menambahkan bahwa ada hampir 1000 Muslim yang tewas di desa Saugpara, Rathedaung sendiri.
Lebih dari 100 ribu warga sipil terusir di Rakhine, sementara 2000 lainnya terperangkap di perbatasan Myanmar-Bangladesh yang ditutup oleh pemerintah Bangladesh, papar Schug.
Bentrokan antara tentara Myanmar dan milisi bersenjata di perbatasan pecah Jumat kemarin, yang merenggut banyak korban sipil.
Media melaporkan pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan secara berlebihan sehingga mengakibatkan ribuan warga sipil Rohingya melarikan diri. Ribuan rumah mereka hancur karena dibakar maupun terkena serangan mortir.
Tindakan keamanan militer Myanmar pada Oktober tahun lalu di Maungdaw, tempat mayoritas etnik Rohingya disebut dalam laporan PBB sebagai pelanggaran dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
PBB mendokumentasikan adanya pemerkosaan dan pembunuhan massal, termasuk terhadap anak-anak dan bayi, penyiksaan brutal dan penghilangan nyawa. Setidaknya 400 warga Rohingya dibantai dalam operasi tersebut.
0 Komentar