Pemimpin militer dari Liga Arab sepakat membentuk satu pasukan militer bersatu. Kesepakatan itu dihasilkan dari pertemuan puncak, yang dihadiri elit militer negara-negara Arab di Mesir.

Kehadiran pasukan militer bersatu untuk melawan ancaman keamanan yang semakin besar. Mulai dari Yaman, Libya, Irak, Suriah, hingga Palestina dan Myanmar.

Upaya menyusun mekanisme dan logistik pasukan bersatu yang diusulkan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi ini akan memakan waktu beberapa bulan.

Menlu Mesir Sameh Shukri mengatakan kepada media bahwa pasukan Arab ini akan bersifat sukarela. Artinya tidak ada satu negara yang dipaksa ikut serta dan hal ini memberi fleksibilitas jika ada perbedaan pendapat.

Dia menambahkan setidaknya ada dua negara yang telah berkomitmen ikut dalam pasukan itu.

Sisi mengatakan pasukan bersatu ini akan diawasi oleh kepala angkatan bersenjata negara-negara Arab.

Ancaman yang dihadapi wilayah sejak aksi perlawanan rakyat pada 2011 memang rumit dan jelas.

Sementara konflik terus terjadi di Yaman dan Libya, perang saudara di Suriah kini memasuki tahun kelima. Sementara penindasan terhadap umat muslim masih terjadi di Palestina dan Myanmar.

Mesir yang merupakan negara Arab terpadat penduduknya menghadapi perlawanan kelompok militan Islamis.

Militan ISIS telah mengambil alih kekuasaan di wilayah Iran dan Suriah dan menyebarkan kelompok pecahannya di seluruh wilayah Arab.

Komunike akhir pertemuan puncak Liga Arab meminta “koordinasi, upaya, dan langkah mendirikan satu pasukan Arab bersatu” untuk melakukan intervensi di negara-negara seperti Yaman, Israel, dan Myanmar

Langkah ini ini diambil setelah Arab Saudi mengumpulkan 10 negara Arab untuk menggempur para pejuang Houthi yang semakin berkuasa di Yaman, dan melancarkan serangan militer terhadap kelompok ini.

Kekacauan di Libya akan menjadi ujian penting bagi pasukan bersatu Arab ini jika mereka memutuskan untuk mengintervensi di negara yang kini memiliki dua pemerintah yang mencoba mengendalikan wilayah negara itu dan juga fasilitas-fasilitas minyak.

Sini berulangkali meminta aksi dari Arab dan Barat terhadap hal yang dipandangnya sebagai ancaman dari kelompok-kelompok militan di Libya dan tempat lain.

Dia memerintahkan serangan udara terhadap posisi ISIS di Libya setelah kelompok garis keras Sunni ini memenggal umat Kristen asal Mesir di wilayah itu.

Di samping itu, pasukan ini juga berencana menggempur basis militer Myanmar. Yang terus melakukan penindasan terhadap etnis muslim Rohingya. Hingga kini, setidaknya 400 orang dinyatakan tewas mengenaskan.