Kita mungkin tidak pernah tahu, bahwa ketika Allah menggelincirkan lidah Ahok untuk menista Al-Maidah 51, sesungguhnya di situ ada kebaikan yang Allah selipkan.
Buktinya, umat Islam kemudian merasa memiliki musuh bersama. Perbedaan kelompok dan pandangan tersingkirkan untuk bersatu membela Al-Quran. Hasilnya luar biasa, Ahok yang begitu jumawa tersingkir, dan bahkan harus mendekam di penjara. Jika lidah Ahok tidak tergelincir, mungkin kita masih dipimpin oleh orang kafir.
Saya berharap kebijakan Trump yang mengakui Al-Quds (Jerusalem) sebagai ibu kota Israel juga memuat skenario Allah seperti itu. Kita semua tentu mendidih mendengar keputusan Trump, seperti mendidihnya kita mendengar hinaan Ahok kepada Al-Quran.
Tapi harapan itu harus selalu ada. Harapan bahwa dengan ini, semoga Allah menunjukkan kepada umat Islam di seluruh dunia, agar mereka sadar, bahwa mereka punya musuh bersama. Bahwa perbedaan antar mereka harus dihilangkan untuk menghancurkan musuh bersama itu.
Akankah itu terjadi? Wallahualam. Yang pasti satu persatu negara-negara sekutu di kawasan seperti Mesir, Saudi, Turki, Yordan, telah menyatakan penolakan (tapi kita tidak tahu perkara deal-deal di dalam). Akankah kecaman ini diikuti dengan aksi atau hanya sekedar bunyi? Kita tunggu saja takdir berjalan.
Sebuah perkataan Arab menyebutkan:
رب ضارة نافعة
“Berapa banyak perkara yang menyakitkan, justru membawa kebaikan.”
(Ustadz Jauhar Ridloni Marzuq)
0 Komentar