Kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam di setiap aksi kejinya, ISIS mengeluarkan komentar terhadap etnis Uighur di China. Di salah satu kesempatan, pimpinan ISIS Asia Tenggara, Abu Dar mengatakan tidak punya kepentingan di China.

"Kami tidak ada kepentingan di Xin Jiang. Biarkan saja jutaan Uighur ditahan di sana," ujar sosok yang berasal dari wilayah Lanao del Sur di Filipina selatan dan memiliki hubungan dengan milisi di luar Filipina tersebut.

Meski selalu membawa simbol-simbol Islam, tidak ada unsur Islam di tubuh ISIS. Mereka diam saat rakyat Palestina dan etnis Rohingya dibantai. Kini, mereka mengaku tidak peduli terhadap nasib jutaan orang warga Uighur.

Mantan menteri luar negeri dan ibu negara AS Hillary Clinton secara terang-terangan mengakui bahwa Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) merupakan gerakan buatan AS guna memecah belah dan membuat Timur Tengah senantiasa bergolak.

Pengakuan tersebut termuat dalam buku terbaru HIllary Clinton “Hard Choice” dan menjadi pemberitaan luas media-media massa internasional akhir-akhir ini.

Beberapa waktu lalu, Mantan Menlu dikabinet pertama Presiden Barack Obama, Hillary Clinton mengaku, pemerintah AS dan negara-negara barat sengaja membentuk organisasi ISIS demi memecah belah Timur Tengah (Timteng). Hillary mengatakan gerakan ISIS sepakat dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013.

“Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam (Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary.

Dalam buku tersebut juga diuraikan bahwa “negara Islam” itu awalnya akan didirikan di Sinai, Mesir, sesuai revolusi yang bergolak di beberapa negara di Timur Tengah. Namun rencana itu berantakan setelah militer Mesir melakukan kudeta, Juli 2013.

“Kami memasuki Irak, Libya dan Suriah, dan semua berjalan sangat baik. Namun tiba-tiba meletus revolusi 30 Juni – 7 Agustus di Mesir. Itu membuat segala rencana berubah dalam tempo 72 jam,” ungkap istri mantan presiden AS, Bill Clinton, itu.

Hillary menambahkan, pihak barat sempat berpikir untuk menggunakan kekuatan demi mewujudkan “negara Islam” di Sinai. Namun Mesir memiliki kekuatan militer yang tergolong kuat. Selain itu, warga Mesir cenderung untuk mendukung militer mereka.

“Jadi, jika kami gunakan kekuatan melawan Mesir, kami akan rugi. Tapi jika kami tinggalka, kami pun rugi,” tulis Hillary.   (vld)