Ditengah memanasnya konflik China dengan muslim Uighur, Presiden Turki langsung datang menemui pemipin China.
Seperti dilaporkan wartawan BBC John Sudworth, pembicaraan-pembicaraan Erdogan dengan para pemimpin Cina membahas meningkatnya ketegangan kedua negara terkait perlakuan Cina terhadap suku minoritas Uighur yang sebagian besar beragama Islam.
Beberapa waktu lalu, di Turki merebak demonstrasi anti Cina yang sebagian berujung kekerasan.
Demonstrasi itu dipicu laporan yang menyebutkan bahwa suku Uighur -minoritas Muslim yang memiliki kaitan budaya dan bahasa dengan Turki- dilarang menjalankan puasa di bulan Ramadhan lalu.
Saat itu, bahkan kementerian luar negeri Turki menyampaikan pernyataan resmi dengan menyebutkan, "Rakyat kami sangat sedih terkait kabar bahwa kaum Uighur Turki di provinsi Xinjiang telah dilarang menjalankan puasa dan kewajiban-kewajiban agama lainnya."
Para demonstran membakar bendera Cina, menyerang sejumlah restoran Cina, bahkan mereka dituduh menyerang turis-turis yang disangka berasal dari Cina.
Protes dimulai menyusul laporan bahwa umat Muslim dari etnis Uighur di Cina dilarang berpuasa selama bulan Ramadan.
Etnis Uighur dari wilayah barat Cina memang berasal dari rumpun etnis dan memiliki ikatan budaya dan agama yang kuat dengan Turki.
Pemerintah Cina telah berusaha mengendalikan ekspresi keagamaan di Xinjiang dengan memberlakukan sejumlah peraturan bagi etnis Uighur.
Beberapa peraturan yang terdapat di sejumlah bagian Xinjiang termasuk:
- Perempuan dilarang berjilbab
- Kaum Uighur juga tidak boleh membeli pisau di beberapa area
- Aktivitas bersembahyang diatur ketat. Anak-anak di bawah usia 18 tahun dilarang ke mesjid
- Pasangan harus mengajukan permohonan menikah kepada pemerintah dan tidak boleh dinikahkan secara diam-diam oleh imam
- Hanya pria Uighur dewasa yang boleh memelihara janggut
- Rangkaian peraturan dan ketatnya pengawasan aparat Cina terhadap umat Muslim diamini seorang etnik Uighur. Kepada BBC, dia mengaku pindah ke Turki dari Xinjiang pada Desember 2014.
Dia mengatakan aparat Cina menginterogasi keluarganya ketika mereka berbuka puasa saat Ramadan.
"Mengapa Anda memelihara janggut? Mengapa Anda membaca Qur'an? Mengapa perempuan berjilbab?," kata orang yang meminta identitasnya tidak disebutkan itu, menirukan pertanyaan aparat.
Setelah menginterogasi, para serdadu kemudian menahan dia dan keluarganya di penjara. "Mereka bahkan menahan anak saya yang berusia 10 tahun dan keempat temannya."
Begitu bebas, pria itu kemudian pergi bersama keluarganya ke Turki melewati Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Malaysia.
Kini dia hidup di Istanbul bersama istri dan keempat anaknya.
0 Komentar